(ringkasan tausyiah Ustadz. Hilman Rosyad Syihab, Lc
pada pengajian KPMI di Brussel tanggal 18 Juli 2009)
Mencetak anak yang sholeh adalah cita-cita dari seluruh orang tua muslim. Bahkan anak yang sholeh juga bisa menjadi “investasi” kebaikan bagi kedua orang tuanya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Apabila anak adam (manusia) telah meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariah (yang pahalanya selalu mengalir), ilmu bermanfaat atau anak shalih yang selalu mendo'akan orang tuanya” (HR- Muslim). Subhanalloh… pahala dari Allah akan terus mengalir pada orang tua yang memiliki anak-anak yang sholeh, meskipun ia telah meninggal.
Ada beberapa hal yang menjadi kewajiban kita, sebagai orang tua, dalam mencetak anak yang sholeh ini, yaitu :
1. Mengharapkan kehadirannya
Harapan memperoleh keturunan yang sholeh akan menjadikan kita betul-betul mempersiapkan diri. Dan ketika “amanah” itu datang, kita akan merawat, membesarkan dan mendidiknya dengan penuh cinta kasih sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.
2. Menafkahinya dengan harta yang halal
Kehalalan harta kita ini secara langsung dan tidak langsung berpengaruh bagi kita, termasuk bagi anak kita yang kita nafkahi. Allah berfirman "Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia." (Qs. Thaha: 81). Berdasarkan ayat tersebut, harta yang haram bisa menjadi penyebab kemurkaan Allah di dunia dan di akhirat.
Harta yang haram juga bisa menjadi penghalang do’a kita, termasuk do’a untuk mendapatkan anak yang sholeh. Al-Hafidz Ibnu Mardawih meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas bahwa ketika dia sedang membaca sebuah ayat, berdirilah Sa’ad bin Abi Waqash. Kemudian dia berkata: “Ya Rasulullah, do’akan kepada Allah agar aku senantiasa menjadi orang yang dikabulkan do’anya oleh Allah.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan do’anya. Dan demi jiwaku yang ada di tanganNya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari, dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak baginya (HR. At-Thabrani).
3. Menunjukkan rasa kasih sayang
Menunjukkan kasih sayang pada anak itu perlu, khususnya agar anak merasa bahwa ia disayangi oleh kedua orang tuanya. Adapun bentuknya seperti apa, bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing, selama untuk kebaikan si anak, tidak berlebihan dan tidak melanggar syariat. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah. Suatu ketika Fatimah ra, putri beliau, berkunjung ke rumah beliau. Meski beliau sedang sakit, beliau tetap berusaha menyambutnya dan menampakkan kegembiraan atas kunjungan putrinya.
4. Berlaku adil, terutama jika anaknya berbilang (lebih dari 1)
Berlaku adil juga menjadi salah satu kewajiban kita. Apalagi jika Allah mengaruniai kita putra/putri lebih dari 1. Jika kita bersikap tidak adil, akan sangat mungkin timbul kecembuaruan atau perselisihan di antara anak-anak kita, dan bisa juga berpengaruh pada perkembangan psikologis si anak.
5. Mendo’akan dengan do’a yang baik-baik
Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ada tiga doa yang pasti akan terkabul, tidak diragukan lagi: doa orang tua, doa orang yang bepergian, dan doa orang yang dizhalimi.” (HR. Abu Dawud)Dari hadits tersebut, jelaslah bahwa doa orang tua itu mustajabah. Maka sebaiknya para orang tua sering mendoakan anaknya dengan do’a yang baik. Kita hendaknya berhati-hati, terkadang saat kita merasa jengkel/marah dengan anak kita, keluarlah ucapan (do’a) yang tidak baik karena itu juga bisa dikabulkan oleh Allah. Semoga Allah melindungi kita dari semua itu.
6. Mendidik anak secara Islami
Setidaknya ada 5 prinsip dasar pendidikan anak :
a. Memberi contoh/teladan
b. Melakukan pembiasaan
c. Menanamkan nilai
d. Menjalankan prinsip “reward and punishment” (pemberian hadiah dan hukuman)
e. Terencana
7. Usahakan untuk selalu “dekat” dengan anak, dengan menjaga komunikasi yang baik dengan mereka
Dengan adanya hubungan yang baik antara orang tua dan anak, insya Allah banyak manfaat yang akan diraih. Diantaranya adalah, kita dapat memantau terus perkembangan anak, adanya keterbukaan, adanya kemudahan dalam menyampaikan “pesan” pada anak, (meminimalisir konflik) dan kemudahan dalam menjaga anak tanpa anak merasa terkekang.
Wallohu a’lam bish showab....
pada pengajian KPMI di Brussel tanggal 18 Juli 2009)
Mencetak anak yang sholeh adalah cita-cita dari seluruh orang tua muslim. Bahkan anak yang sholeh juga bisa menjadi “investasi” kebaikan bagi kedua orang tuanya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Apabila anak adam (manusia) telah meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariah (yang pahalanya selalu mengalir), ilmu bermanfaat atau anak shalih yang selalu mendo'akan orang tuanya” (HR- Muslim). Subhanalloh… pahala dari Allah akan terus mengalir pada orang tua yang memiliki anak-anak yang sholeh, meskipun ia telah meninggal.
Ada beberapa hal yang menjadi kewajiban kita, sebagai orang tua, dalam mencetak anak yang sholeh ini, yaitu :
1. Mengharapkan kehadirannya
Harapan memperoleh keturunan yang sholeh akan menjadikan kita betul-betul mempersiapkan diri. Dan ketika “amanah” itu datang, kita akan merawat, membesarkan dan mendidiknya dengan penuh cinta kasih sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.
2. Menafkahinya dengan harta yang halal
Kehalalan harta kita ini secara langsung dan tidak langsung berpengaruh bagi kita, termasuk bagi anak kita yang kita nafkahi. Allah berfirman "Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia." (Qs. Thaha: 81). Berdasarkan ayat tersebut, harta yang haram bisa menjadi penyebab kemurkaan Allah di dunia dan di akhirat.
Harta yang haram juga bisa menjadi penghalang do’a kita, termasuk do’a untuk mendapatkan anak yang sholeh. Al-Hafidz Ibnu Mardawih meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas bahwa ketika dia sedang membaca sebuah ayat, berdirilah Sa’ad bin Abi Waqash. Kemudian dia berkata: “Ya Rasulullah, do’akan kepada Allah agar aku senantiasa menjadi orang yang dikabulkan do’anya oleh Allah.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan do’anya. Dan demi jiwaku yang ada di tanganNya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari, dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak baginya (HR. At-Thabrani).
3. Menunjukkan rasa kasih sayang
Menunjukkan kasih sayang pada anak itu perlu, khususnya agar anak merasa bahwa ia disayangi oleh kedua orang tuanya. Adapun bentuknya seperti apa, bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing, selama untuk kebaikan si anak, tidak berlebihan dan tidak melanggar syariat. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah. Suatu ketika Fatimah ra, putri beliau, berkunjung ke rumah beliau. Meski beliau sedang sakit, beliau tetap berusaha menyambutnya dan menampakkan kegembiraan atas kunjungan putrinya.
4. Berlaku adil, terutama jika anaknya berbilang (lebih dari 1)
Berlaku adil juga menjadi salah satu kewajiban kita. Apalagi jika Allah mengaruniai kita putra/putri lebih dari 1. Jika kita bersikap tidak adil, akan sangat mungkin timbul kecembuaruan atau perselisihan di antara anak-anak kita, dan bisa juga berpengaruh pada perkembangan psikologis si anak.
5. Mendo’akan dengan do’a yang baik-baik
Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ada tiga doa yang pasti akan terkabul, tidak diragukan lagi: doa orang tua, doa orang yang bepergian, dan doa orang yang dizhalimi.” (HR. Abu Dawud)Dari hadits tersebut, jelaslah bahwa doa orang tua itu mustajabah. Maka sebaiknya para orang tua sering mendoakan anaknya dengan do’a yang baik. Kita hendaknya berhati-hati, terkadang saat kita merasa jengkel/marah dengan anak kita, keluarlah ucapan (do’a) yang tidak baik karena itu juga bisa dikabulkan oleh Allah. Semoga Allah melindungi kita dari semua itu.
6. Mendidik anak secara Islami
Setidaknya ada 5 prinsip dasar pendidikan anak :
a. Memberi contoh/teladan
b. Melakukan pembiasaan
c. Menanamkan nilai
d. Menjalankan prinsip “reward and punishment” (pemberian hadiah dan hukuman)
e. Terencana
7. Usahakan untuk selalu “dekat” dengan anak, dengan menjaga komunikasi yang baik dengan mereka
Dengan adanya hubungan yang baik antara orang tua dan anak, insya Allah banyak manfaat yang akan diraih. Diantaranya adalah, kita dapat memantau terus perkembangan anak, adanya keterbukaan, adanya kemudahan dalam menyampaikan “pesan” pada anak, (meminimalisir konflik) dan kemudahan dalam menjaga anak tanpa anak merasa terkekang.
Wallohu a’lam bish showab....
No comments:
Post a Comment