Oleh: Eka Risna Widayani
Punya anak yang pintar mengaji merupakan dambaan saya. Betapa tidak? Ya… biarpun suami dan saya tidak fasih-fasih amat mengajinya, tetapi asa menjadikan anak yang rajin dan pandai mengaji tetap ingin saya gapai. Alhamdulillah, saya diberi hidayah dan jalan mendampingi anak laki-laki saya belajar mengaji sejak dia masih kecil. Tulisan ini hanya sekedar berbagi pengalaman apa yang kami lakukan dan siapa tahu ada manfaatnya bagi ibu-ibu lain.
Oh ya…. anak laki-laki saya itu namanya Gilang. Sekarang sudah hampir tujuh tahun usianya, dan duduk di Lagere School (setingkat SD kalau di Indonesia) kelas satu di sebuah sekolah di Antwerpen Belgia. Gilang adalah anak pertama kami. Adiknya masih belum genap satu tahun saat ini. Yang saya mau ceritakan ini pengalaman ketika dia masih umur dua setengah atau tiga tahun, dan kala itu kami tinggal di kota Bogor.
Namanya juga anak-anak, seringkali meniru apa yang dia lihat atau dia dengar. Gilang termasuk sering melihat dan mendengar saya atau suami mengaji di rumah. Kami memang mengusahakan membaca Al Quran paling tidak satu halaman setiap harinya. Selain itu dia juga sering mengamati kami berdua sholat berjamaah di rumah, meskipun tidak setiap hari karena suami sering pulang malam. Diam-diam kami mengamati kalau dia tertarik untuk mengikuti gerakan sholat serta menirukan ucapan-ucapan surat yang kami baca.
Melihat ketertarikan Gilang itu, saya tidak melewatkan kesempatan untuk sedikit demi sedikit mengajak dia mempelajari gerakan sholat. Tidak ketinggalan juga menawarkan kepadanya untuk menghapal surat-surat pendek dari Al Quran. Kami pikir, belum waktunya memaksakan dia melakukan it, toh umurnya masih belum genap tiga tahun. Mengikuti gerakan sholat, saya kira tidak terlalu sulit bagi anak seusia itu. Tapi menghapal surat-surat pendek? hm..nanti dulu…, awalnya tidak terpikir bahwa Gilang sanggup menghafal bacaan surat-surat di Al Quran, sekalipun surat pendek di Juz Amma. Namun sekali lagi, Allah SWT memberikan jalan kepada kami untuk hal tersebut.
Suami saya kebetulan termasuk orang yang hobi membaca gratis. Jadi sukanya mampir ke toko buku kalau lagi jalan-jalan ke pertokoan. Paling-paling pulang bawa komik yang katanya untuk melengkapi koleksinya. Hobi bacanya ini sedikit banyak menular ke Gilang, termasuk hobi baca komiknya itu. Sampai sekarang!
Jadi tidak heran kalau setiap kami pergi ke pusat perbelanjaan di Bogor, sebentar atau lama kami mampir ke toko buku yang ada di sana. Kalau bukan bapaknya Gilang yang mengajak mampir, ya Gilang yang memaksa masuk. Kebetulan hari itu di toko buku yang biasa kami kunjungi, saya lihat buku Juz Amma bergambar yang menarik buat anak seusianya. Buku tersebut berjudul Aku Cinta Al Quran, terbitan Syaamil Kid. Wah cocok nih… Hobinya Gilang lihat buku bergambar. Saya pikir dia pasti suka dengan buku tersebut. Ada beberapa jilid, tapi karena harganya lumayan (smile….) kami putuskan untuk membeli jilid pertama dulu. Biar tidak rugi bandar banget kalau ternyata dia tidak suka (lagi-lagi smile…). Bukannya tidak rela uang habis untuk beli buku berisi ayat-ayat Al Quran, tapi kami tentu juga harus membagi anggaran dengan bijak. Waktu itu sempat membaca di sampul depan buku itu untuk usia 7-12 tahun. Saya pikir paling cuma untuk di lihat gambarnya saja. Tanpa ada alasan yang kuat saya mulai membiasakan anak saya menirukan bacaan saya sambil melihat gambar buku tersebut sebelum tidur. Saya kaget setelah besoknya dia ternyata sudah hafal surat yang malam sebelumnya saya ajarkan. Karena dia cukup mudah menghafal yang pendek-pendek akhirnya terus saya mencoba ajarkan lagi surat berikutnya.
Subhanallah… Alhamdulilah dengan mudah dia menghafal 21 surat dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Saya juga heran ketika tahu ternyata Gilang juga tahu judul surat yang harus dia baca ketika buka halaman buku.
Melihat kenyataan ini dalam hati saya bertanya bagaimanakah sebenarnya keadaan otak menjelang tidur. Akhirnya beberapa waktu lalu saya membaca di salah satu blog orang Malaysia yang mengatakan bahwa salah satu cara mendidik anak adalah dengan mempraktekkan metode yang bernama Shicida Method. Dalam metode ini mereka memanfaatkan otak kanan dengan maksimal, yang kabarnya sukses diajarkan di Jepang. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh orang tua di rumah dengan metode ini adalah sewaktu hendak tidur atau tidur-tidur ayam bicaralah dengan anak sebab waktu tidur-tidur ayam itulah otak kanannya sedang bekerja sedangkan otak kiri sudah tidur. Ini mungkin yang membantu keberhasilan kami.
Meskipun demikian kami sadar bahwa mendidik anak itu sangat berbeda perlakuannya antar individu. Yang kami lakukan adalah sebisa mungkin membuat Gilang merasa rileks dan tidak terpaksa melakukan itu, dan tentu merasa senang hatinya sewaktu belajar. Mengetahui apa yang disukai anak, apa yang diingikan anak, barangkali akan penting dalam menentukan media dan cara yang bisa dipilih orang tua dalam mengajak anak-anaknya belajar, termasuk belajar mengahapal surat Al Quran.
Mudah-mudahan, pengalaman kami ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Amin.
Casino Safe Play Safe Casino – Betting and Online Poker
ReplyDeleteA comprehensive list of 오락실 슬롯 머신 게임 the safe and legit casinos in 포커 페이스 뜻 the UK for sbobet Canadian players. We list all games, bonuses, and casinos licensed 실시간 배팅 and 블랙 벳 certified to